Teori Belajar Behaviorisme, Kognitivisme, Konstruktivisme, dan Konetivisme
Teori Belajar Behaviorisme, Kognitivisme, Konstruktivisme dan Konektivisme
Dalam kegiatan belajar mengajar, Guru berperan sebagai pendidik atau fasilitator yang menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya. Didalam proses belajar ada yang namanya teori belajar. Teori Belajar merupakan suatu langkah yang dapat membantu guru untuk menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya. Pada dasarnya teori belajar sangatlah banyak, tetapi yang sering digunakan ialah teori belajar behaviorisme, Kognitivisme dan Konstruktivisme. Namun saat ini dengan adanya perkembangan zaman muncul teori konektivisme.
Menurut kalian, apa sih yang dimaksud dengan Teori belajar behaviorisme, Kognitivisme, Konstruktivisme, dan Konektivisme? Simak penjelasannya berikut ini yaa😉
Teori Belajar Behaviorisme
Teori ini lebih berfokus pada perubahan perilaku yang dapat diamati sebagai hasil dari pembelajaran. Peserta didik dapat dilatih atau dikondisikan untuk merespons dalam cara-cara tertentu terhadap stimulus-stimulus yang khusus. Dapat diartikan jika peserta didik diberikan stimulus yang tepat, perilaku mereka dapat diarahkan ke arah yang positif. Dengan begitu guru dapat mengoptimalkan bakat dan kecerdasan peserta didiknya.
Contoh :
Seorang pelatih memberikan pelatihan kepada teknisi tentang bagaimana cara memperbaiki mesin. Pelatih tersebut akan menggunakan simulasi dan latihan praktik untuk membantu teknisi belajar tentang bagaimana cara mendiagnosis dan memperbaiki masalah.
Teori Belajar Kognitivisme
Teori ini berfokus pada proses mental yang terlibat dalam belajar, seperti perhatian, persepsi, memori dan pemecahan masalah. Dalam hal ini memungkinkan peserta didik untuk menyadari proses kognitif mereka sendiri, memungkinkan mereka untuk lebih mandiri dan reflektif agar peserta didik memperoleh sebuah pengalaman dan dengan demikian meningkatkan kualitas dan kuantitas tindakan peserta didik.Contoh :
Seorang instruktur menggunakan simulasi untuk membantu peserta didik belajar bagaimana cara memecahkan masalah di tempat kerja. Simulasi memungkinkan peserta didik untuk berlatih memecahkan masalah tanpa resiko nyata.
Teori Belajar Konstruktivisme
Teori ini berfokus pada bagaimana peserta didik membangun pengetahuan mereka sendiri melalui interaksi dengan dunia di sekitar mereka. Tujuan utama dari teori ini ialah agar menghasilkan peserta didik yang mampu berpikir kritis dan membuat keputusan yang sesuai dengan informasi yang mereka miliki.
Contoh :
Seorang guru membaawa peserta didik ke bengkel mobil untuk belajar tentang cara kerja mesin mobil. peserta didik dapat melihat dan menyentuh mesin mobil, dan mereka dapat bertanya kepada mekanik tentang cara kerja mesin tersebut.
Ketiga teori belajar seperti yang sudah dijelaskan diatas merupakan tiga teori belajar yang memiliki pendekatan yang berbeda dalam memahami proses belajar. ketiga teori ini dapat menjadi landasan yang tepat untuk pendidikan vokasi. Dengan penerapan yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan karakteristik peserta didik.Ketiag teori ini bisa dibilang saling melengkapi dan dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas pendidikan vokasi.
Pemilihan teori belajar yang tepat untuk diterapkan tergantung pada tujuan pembelajaran, karakteristik peserta didik dan sumber daya yang tersedia. Dengan begitu sangatlah penting bagi pendidikan vokasi untuk memahami ketiga teori dan menggunakannya secara fleksibel untuk menciptakan lingkungan belajar yang optimal bagi peserta didik.
Seiring dengan perkembangan zaman dan majunya teknologi saat ini, komunikasi merupakan suatu hal yang penting.George Siemens dan Stephen Downes (2000), menyatakan bahwa di era teknologi informasi ini, dimana berbagai perangkat komunikasi telah saling terkoneksi dalam suatu jejarig global, proses belajar justru terjadi pada titik-titik (nodes) jejaring (network) di luar individu peserta didik. Secara spesifik, Downes (2007) mendefinisikan "belajar" sebagai proses membentuk jejaring informasi, kontak, dan sumber daya informasi yang relevan dengan masalah-masalah real. Jadi, pengertian "belajar" ini berfokus pada menciptakan dan memelihara koneksi jejaring sehingga up-to-date dan cukup fleksibele sehingga bisa terus diterapkan sesuai dengan kebutuhan untuk memecahkan masalh-masalah yang dihadapi. Dengan begitu, terciptalah sebuah teori belajar yaitu Teori Belajar Konektivisme.
Teori Belajar Konektivisme
Pada era ini, informasi sangat berlimpah sehingga peserta didik peru mengingat semuanya, tetapi harus memiliki kapasitas untuk menemukan dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan pada saat dan dimana mereka memerlukannya. Downes (2007) menjelaskan bahwa dalam konektivisme tidak ada konsep transfer ilmu pengetahuan ataupun menciptakan ilmu pengetahuan. Konektivisme meyakini bahwasanya ilmu pengetahuan merupakan hasil interaksi yang terjadi dalam simpul-simpul jejaring informasi.
Downes (2007), menyatakan konektivisme merupakan pengetahuan yang tersebar di jejaring koneksi, dan oleh karena itu "belajar" merupakan kemampuan untuk menciptakan dan memelihara koneksi (network) tersebut. Strategi yang dianggap seiring dengan pandangan konektivisme ialah Distributed Learning dan pemanfaatan berbagai media sosial.
Teori belajar konektivisme mempunya implikasi terhadap berbagai aspek kehidupan karena dengan membentuk jaringan dalam pembelajaran yang baik akan berdampak terhadap ilmu pengetahuan dan keterampilan peserta didik dalam setiap bidang kehidupannya. Perkembangan teknologi di bidang vokasi sangat membutuhkan konektivisme sehingga senantiasa mengikuti perkembangan zaman. Perkembangan zaman dan teknologi yang memberikan kemudahan untuk saling mengakitkan / menghubungkan peralatan non manusia. Di era saat ini, belajar lebih penting daripada hanya sekedar mengetahui. Untuk itu, memelihara koneksi sangat diperlukan untuk pembelajaran yang berkelanjutan.
Sekarang ini pembelajaran tidak lagi hanya tentang mengetahui informasi, tetapi lebih kepada memahami dan mengaplikasikan penetahuan tersebut dalam kehidupan nyata. Untuk mencapai tujuan ini, memelihara koneksi dengan orang lain dan terus belajar menjadi sangat penting. Dengan memelihara koneksi dengan baik merupakan salah satu faktor penting untuk pembelajaran yang berkelanjutan. Berbicara terkait koneksi, koneksi dengan dunia kerja juga memberikan manfaat bagi SMK secara kelembagaan. Melalui hubungan yang baik dengan perusahaan, SMK dapat mendapatan wawasan mengenai industri terkini yang nantinya dapat membantu manajemen SMK dalam mengembangkan kurikulum yang relevan dan memenuhi kebutuhan pasar. Dengan adanya koneksi antara SMK dengan dunia kerja, peserta didik dapat mendapatkan akses langsung ke pengetahuan serta pengalaman yang diperlukan untuk bekerja dibidang yang mereka pilih.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pembelajaran kita ialah keragaman jejaring dan kekuatan ekosistem. Maksudnya, semakin kita aktif mengakses sebuah ekosistem, makan akan semakin banyak yang kita ketahui. Semakin rajin kita menggunakan media sosial untuk mempelajari hal baru kemudian mendiskusikannya dengan teman lalu menyebarkannya ke jejaring lain, maka akan semakin kuat pembelajaran tersebut. Namun, hal ini bukan berarti pembelajaran sebelumya tidak penting. Tentu saja prinsip belajar bekerjasama dengan orang lain (teori konstruktivisme) tetap bermanfaat, demikian pula belajar dengan mengandalkan pengingatan dan penalaran juga tetap penting (teori kognitif). Teori konektivisme justru melengkapi teori-teori sebeumya dengan menyediakan alat dan cara bary untuk mengakses informasi, membangun koneksi da berkolaborasi dalan proses belajar. Dengan menggabungkan teori belajar ini, kita dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih efektif dan bermakna di era digital ini.
Sebagai seorang pendidik, sudah seharusnya kita juga bisa mempertimbangkan semua jenis teori belajar dan memilih mana yang paling sesuai dengan situasi pembelajarannya sehingga menciptakan pembelajaran yang efektif dan berkualitas. Dengan mempertimbangkan kebutuhan dan karakteristik peserta didik, pendidik dapat membantu peserta didik untuk belajar dengan optimal dan mencapai potensi mereka masing-masing. Seorang pendidik juga harus terus belajar dan mengikuti perkembangan zaman. Hal ini akan membantu mereka untuk terus meningkatkan kualitas pembelaaran yang mereka berikan kepada peserta didiknya.
Berikut video yang mungkin menjadi tambahan referensi terkait dengan teori belajar behaviorisme, kognitivisme, konstruktivisme, dan konetivisme :
1. Teori belajar Behaviorisme, Kognitivisme, Konstruktivisme
2. Teori belajar konektivisme
Komentar
Posting Komentar